Seperti yang telah kita ketahui, Google Earth adalah salah satu aplikasi penampil citra satelit yang paling familiar di telinga kita. Banyak pengguna internet yang sudah mencoba hingga sering menggunakan aplikasi ini, seperti untuk melihat-lihat lingkungan sekitar rumah atau kantor, dan lebih banyak lagi alasan untuk membuka aplikasi ini.
Tampilan Google Earth
Semula banyak pengguna takjub akan kecanggihan dari inovasi yang ditawarkan aplikasi keluaran Google ini, namun ketika mereka menggunakan Google Earth ke tingkat lanjut, mereka mengganggap bahwa Google Earth penuh dengan kelemahan. Kelemahan ini terlihat ketika mereka mengandalkan aplikasi ini untuk, seperti mencari lokasi suatu tempat, melihat ruas-ruas jalan, meletakkan posisi geotagging untuk foto Panoramio, hingga memasang model bangunan 3D melalui 3DWarehouse. Khusus untuk lokasi dan ruas-ruas jalan, Google Earth mengandalkan data peta pada Google Maps, sedangkan data yang diperoleh kurang faktual, terutama jika kita terbang di suatu tempat yang agak terpencil / tidak terlalu terkenal.
Tampilan peta pada Google Maps, sama dengan yang ada di Google Earth
Data Google Maps kurang lengkap karena layanan Google Map Maker tidak seluruhnya tersedia di berbagai negara, termasuk Indonesia (Map Maker adalah layanaan Google untuk mengedit peta untuk Google Maps). Banyak pengguna Google Maps dan Earth yang mengirimkan pesan ke tim Google Map Maker untuk menambahkan Indonesia ke dalam daftar tersebut. Jika Indonesia sudah dimasukkan ke dalam daftar negara dengan layanan Map Maker, mereka ingin segera merubah lokasi penanda suatu wilayah administrasi, menambah dan mengedit ruas jalan dan memberinya nama, dan banyak lagi kesalahan baik Google Earth atau Maps yang perlu diperbaiki. Kesalahan Google Earth yang lain adalah perbedaan tahun citra yang satu dengan yang lain, meskipun kedua citraan tersebut berdekatan, sehingga menampilkan tampilan yang kontras. Umumnya, foto dengan tahun yang lama memiliki kualitas yang tidak terlalu bagus jika dibandingkan dengan citraan yang baru. Di kota Surabaya, misalnya, di tengah kota tersebut ditampilkan citra dengan tahun 2009, sedangkan di pinggiran tengah kota hingga ke kota Sidoarjo, citraan yang ditampilkan adalah tahun 2006, sedangkan satelit menangkap citraan baru pada tahun 2009.
Perbedaan kualitas 2 citraan yang beda tahun
Google Earth sempat menampilkan citraan tahun 2009 di semua lokasi yang sempat diambil citranya pada tahun tersebut, tetapi Google Earth merubah citraan lokasi tertentu ke citraan yang dulu sejak awal 2010, sehingga untuk melihat citraan yang terbaru, kita perlu menggunakan panel history di toolbar Google Earth, sedangkan di Google Maps kita tidak bisa merubah tahun citraan.
Panel History
Ini yang pernah membuat saya kesal, entah ini faktor strategi atau kelalaian tim Google Earth dan Maps, terutama ketika saya ingin membuat model bangunan 3D, saya kebingungan untuk memilih citraan mana yang akan saya pilih untuk GE snapshot model saya, kebetulan citraan bangunan yang akan saya 3D-kan hanya ditampilkan tahun 2006. Sampai saat ini, saya tidak pernah menemukan pernyataan dari tim Google yang menyatakan alasan mengapa mereka melakukan hal ini pada citra satelit Google Earth. Meski masih banyak kekurangan, tapi saya mengapresiasi usaha tim Google yang ingin melayani para penggunanya dalam layanan pemetaan. Semua hal yang saya tulis disini adalah yang selama ini saya rasakan ketika saya menggunakan Google Earth, jadi apabila ada hal yang bisa anda tambahkan, silahkan berkomentar.
Quote for this Post : “Satu-satunya hal yang membuat manusia menjadi sempurna adalah ketika dia berhasil membuat dirinya berguna bagi bumi beserta isinya.” –Ray Dhanitra Ahmad-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar